Jumat, 05 Desember 2008

Maulana Balita Perokok

Mungkin ini menjadi pertimbangan MUI untuk mengeluarkan fatwa haram
merokok bagi anak-anak, atau cuma kebetulan?


Lalu untuk orang dewasa apa pertimbangannya?
Tapi itu persoalan lain, berikut ini sebuah kisah menarik seputar
rokok yang dimuat <a
href="http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/27/14031189/siang.sedot.rokok.malam.sedot.susu">Kompas.com</a>
kemarin.


MALANG, RABU — Gara-gara mencoba rokok milik kakeknya ketika berusia 2,5
tahun, Maulana, balita usia empat tahun ini jadi ketagihan merokok. Warga
Dusun Sonosari, Desa Kebonagung, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, ini
sehari bisa menghabiskan tiga batang.

Tidak ada yang beda dengan penampilan Maulana, bocah lucu itu. Ia juga masih
tetap bermain dengan teman sebayanya di rumah neneknya, Painah (48), yang
berada di Jalan Cokroaminoto RT 46 RW 08, Dusun Sonosari, Desa Kebonagung,
Kecamatan Pakisaji.

Namun, yang membuatnya beda, Maulana sudah doyan merokok. Padahal, biasanya
merokok baru dilakukan oleh pria dewasa minimal usianya 17 tahun ke atas.
Ikhwal kesukaan merokok ternyata dari coba-coba rokok milik kakeknya,
Kusyanto (55).

"Katanya waktu itu hanya mencoba. Namun, ternyata sampai sekarang. Kalau
saya pribadi, kasihan melihatnya masih kecil sudah merokok. Saya ingin cucu
saya bisa sembuh dari kebiasaan itu," kata Painah, nenek yang mengasuh
Maulana karena ibunya, Lastri (35), sedang bekerja di PR Penamas, Pakisaji,
ketika ditemui di rumahnya, Rabu (26/11).

Karena sudah kecanduan merokok, gerak tubuh Maulana sudah seperti orang yang
mahir merokok. Ini bisa dilihat bagaimana cara dia membawa pak rokok berikut
korek di atasnya. Begitu juga cara menghidupkan rokok, cara mengisap rokok
dan menghembuskannya.
Ia bahkan bisa menghembuskan rokok dari hidungnya dengan piawai sehingga
orang dewasa yang melihat hanya bertanya-tanya, kok bisa ya? Bagaimana nanti
kesehatannya? Menurut Painah, cucunya sudah pernah diperiksakan ke Puskesmas
Pakisaji. Namun, sejauh ini tidak ada gangguan apa-apa. Katanya, cucunya
meski sudah merokok lagaknya orang dewasa, kalau sudah datang malam hari dan
hendak tidur, ia juga mencari dot susu miliknya.

Tiap malam, sebelum tidur Maulana mengonsumsi salah satu merek susu
terkenal. Namun, begitu bangun tidur ia sudah mulai bermain dengan rokoknya.
Setelah mandi dan makan, Maulana, bungsu dari tiga bersaudara ini, sudah
mulai menghidupkan rokoknya seperti orang dewasa.

"Namun, kalau sudah asyik bermain, ia seharian bisa tidak merokok," ungkap
Painah. Ia berharap ketika aktivitasnya mulai banyak, seperti ketika
memasuki dunia sekolah (TK), cucunya tidak berpikiran lagi tentang merokok.

Lucunya, Maulana enggan mengonsumsi rokok dari merek-merek yang beredar. Ia
hanya doyan rokok putih merek BMW produksi PT Gandum, Malang. Jika
persediaan rokoknya habis, ia biasanya membeli di toko tetangganya.

Maulana sendiri ketika ditanya bagaimana rasa rokok yang dihisapnya, ia
hanya bilang enak. Ketika merokok di kamar salah satu kakaknya, satu
tangannya membawa rokok, satu tangan lainnya mencandai seorang anak kecil
tetanggannya. Ya, layaknya ia main seperti balita lainnya. Bedanya, ada
rokok di tangannya.

Painah menambahkan, ia dan anggota keluarga lainnya sudah berusaha agar
Maulana tidak merokok lagi dengan cara melarangnya. "Namun, ya itu. Dia
pasti akan membanting semua barang yang ada di rumah sehingga ia bisa
merokok lagi," ungkapnya. Ayah kandung Maulana, Suwarno, katanya tidak
mengetahui kelakuan anaknya karena sudah berpisah dengan ibu Maulana.
Suwarno dikabarkan sudah menikah lagi dan tinggal di Wagir, Kabupaten
Malang.

Sementara itu, dr Susanto Adijono, Kepala Puskesmas Pakisaji, mengatakan,
meski secara fisik si anak tidak mengalami kelainan/keluhan apa-apa, kondisi
ini sudah patut diwaspadai karena anak sudah memasuki fase kecanduan. "Apa
yang dilakukan si anak juga tidak lepas dari kesalahan orangtua. Namanya
anak, begitu mencoba ternyata tidak dilarang, ya akan terus," kata dr
Susanto ketika dihubungi terpisah.

Karena itu, orangtuanya harus segera mengalihkan aktivitas si anak pada
kesibukan dan melakukan pengawasan agar tidak melakukan kebiasaan merokok
lagi. Apalagi, seperti dituturkan Painah, jika cucunya Maulana dilarang
merokok justru marah-marah. Selain itu, ia berharap Maulana bisa diarahkan
ke psikiater anak.

"Karena mungkin dia mengalami kondisi broken home, tetapi tidak terlihat
karena masih anak-anak," ujarnya. Menurutnya, yang jelas dari aktivitas
merokok sejak dini, dari sisi kesehatan sangat mengkhawatirkan karena bisa
mengancam jantung, pembuluh darah, dan paru-parunya. "Kalau si anak tidak
bisa dituturi (dinasihatinya), ya butuh pengawasan ketat orangtua,"
pungkasnya.

Sumber:
<a href="http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/27/14031189/siang.sedot.rokok.malam.sedot.susu">Kompas.com</a>

Tidak ada komentar: