Senin, 13 Oktober 2008

Belajar dari Muhibah Budaya Emha-KiaiKanjeng di Deventer, Belanda

Belakangan ini kita di
jejali dengan parade pemberitaan sepak terjang FPI oleh berbagai media massa di tanah air, terlebih setelah insiden monas 1 Juni lalu, yang menimbulkan gelombang reaksi pro maupun kontra, yang akhirnya, langsung maupun tidak langsung, telah mempengaruhi kemajemukan kehidupan berbangsa kita.

Seakan tak mau kalah garangnya dari itu, RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (APP) yang kini menjadi RUU Pornografi juga merangsek maju, setelah tertidur beberapa tahun terakhir di Senayan. Oleh Pansus Pornografi, DPR, kini sedang dalam taraf upaya uji publik, ditengah ancaman beberapa daerah yang akan memisahkan diri dari NKRI, apabila RUU itu nekat disahkan DPR.

Sementara itu jauh dari hingar-bingar sepak terjang FPI maupun pro kontra RUU Pornografi, mungkin bangsa kita perlu belajar dari masyarakat Belanda, pada laporan berikut (e-mail from jemekmime) :
Emha Ainun Najib  & Kiai
Kanjeng diundang Hendrik Kraemer Institute &
Bezinningscentrum Protestantse
in Nederland, ICCO & KERK IN ACTIE, untuk melawat di tujuh
kota
(Amsterdam,Rotterdam, Zwolle, Leeuwarden, Deventer,
Nijmegen, Etten Leur Den
Haag).
Ian L. Betts yang mengikuti
lawatan ini melaporkan pada hari ke empat dari Deventer, Belanda.

Deventer merupakan kota
kecil terletak di  bagian timur Negeri
Belanda, hampir berbatasan dengan negara jerman. Jarak dari
Amsterdam sekitar 110 KM, ini aktifitas hari
ke empat Emha dan Kiaikanjeng lawatan di negeri Belanda.
Emha Ainun Najib atau yang lebih sering disapa dengan Cak Nun dan Kiai Kanjeng dijadwalkan
oleh penyelenggara ke Deventer
untuk menunjukkan suatu susunan dan pola pergaulan
masyarakat yang penuh
kerjasama dan kerukunan antara manusia apapun yang berbeda,
kaya miskinnya,
agamanya, kebangsaannya. "Di sini kita
akan menemukan secara nyata bahwa kebanyakan orang Islam
bukanlah teroris,
sekaligus menunjukkan bahwa kebanyakan rakyat Belanda tidak
mendukung sikap
Geert Wilders yang barusan berusaha meributkan dunia dengan
film 'Fitna'nya",
kata Pendetan Jan kepada Emha. Pendeta Jan melanjutkan
bicara "Ini rumah saya…silahkan dienakkan berada di
sini", sambil memperkenalkan Emha kepada Orsan Arslam,
ketua Takmir
Masjid masyarakat Turki.

Perlu
diketahui bahwa diseluruh Negeri Belanda masyarakat Turki
sudah membangun 160
Masjid di antara 300 lebih Masjid di seluruh Nederland.
Selebihnya dibangun
oleh Kaum Muslimin asal Indonesia,
Marokko, atau Ummat Islam Belanda sendiri. Masjid
"Merkez" (Arabnya: Al-Markaz,
Indonesianya: Markas) itu sendiri berdiri sangat indah
megah dengan menara
tinggi artistik dan gabungan arsitektur Turki dan Belanda.
Malam hari 10
Oktober itu di salah satu hall Masjid, KiaiKanjeng akan
berjumpa dengan
campuran masyarakat yang berbeda-beda kebangsaan dan
Agamanya.
Penduduk  Deventer bukan hanya sangat ramah dan terbuka,
tapi juga selalu berusaha untuk mendekat dan menyapa orang
lain terlebih
dahulu. Terkadang mereka saling menyapa dan berkomunikasi
tanpa saling mengerti
bahasa yang dipakai, namun  memang benar
bahwa keikhlasan hati dan semangat persaudaraan mengatasi
segala kendala
bahasa. Bahkan sesekali terdengar suara tertawa sangat
tinggi di antara mereka,
padahal mungkin pemahaman masing-masing berbeda atas apa
yang ditertawakan.

Sementara Emha dan isterinya
Novia Kolopaking mengunjungi dua komunitas, salah satunya Promo yakni kumpulan kaum perempuan
Muslim dan perempuan Protestan. Mereka memiliki
program-program bersama untuk
saling belajar mengembangkan kehidupan, ketrampilan kerja,
pertukaran idiom
budaya, makanan, lagu, bahkan bersama-sama melaksanakan
program bantuan kepada
siapapun saja yang secara sosial perlu mendapat support.

Pada
tingkat komunitas, apa yang berlangsung di kalangan
masyarakat Deventer
mencerminkan konsep yang di Indonesia disebut
Masyarakat Madani, di mana
berbagai kelompok manusia yang berbeda-beda bangsa dan
Agamanya menyusun
semacam kode etik bersama untuk saling bersaudara, tidak
mengganggu keyakinan
orang lain, bekerjasama secara kebudayaan dan sosial
ekonomi.

Sumber: KabarIndonesia Com

Tidak ada komentar: