Jumat, 20 Februari 2009

Hillary: Relasi RI-AS Diperluas

Jakarta, Kompas - Ke depan, relasi RI-AS akan diperluas hingga ke
segala lapisan, terutama ke lapisan tingkat bawah. Pertemuan dan
relasi tidak akan lagi sebatas di tingkat elite, seperti tingkat
pemimpin dan menteri. Hal ini menjadi program Pemerintah AS dalam
berhubungan dengan Indonesia.

Demikian dikatakan Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton di Jakarta,
Kamis (19/2), dalam wawancara dengan wartawan Indonesia di kediaman
Duta Besar AS untuk Indonesia Cameron Hume.

Hillary mengatakan hal itu menjawab persepsi bahwa setelah sekian lama
memiliki hubungan baik dengan Indonesia, AS terpaku pada hubungan di
tingkat elite. Hubungan ini tidak banyak bermanfaat bagi rakyat dari
akar rumput, juga tak memberi banyak manfaat soal pemberantasan
korupsi, pelanggaran hak asasi manusia, dan lainnya.

"Saya kira ini adalah satu hal yang penting," kata Hillary yang
mengatakan siap menerima masukan-masukan. "Ke depan akan lebih banyak
kontak yang tidak lagi sebatas di tataran elite, sebagaimana Anda
utarakan,†kata Hillary yang akan melanjutkan kunjungan ke Korea
Selatan, kemudian ke China.

"Terus terang, inilah yang akan ditawarkan Pemerintah AS di bawah
pemerintahan Presiden Obama bersama saya dalam konteks relasi
internasional. Asia dan Asia Tenggara itu penting. Kita tidak hanya
akan terpaku pada hubungan dengan China yang pengaruhnya membesar,"
kata Hillary seraya menambahkan, perluasan hubungan RI-AS sudah dia
bahas juga dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

AS tidak lagi mempertahankan hubungan yang fokus di satu arah, yakni
trans-Atlantik (AS-Eropa). "Dalam rangka ini, dengan Indonesia akan
banyak program pertukaran, termasuk pertukaran mahasiswa dan kerja
sama universitas," kata Hillary.

Akan ada banyak lagi kerja sama di bidang lain yang bertujuan
mendorong pembangunan di segala bidang di Indonesia. Pembangunan dan
perkembangan Indonesia tidak saja penting dalam hubungan kedua negara.

Kemajuan Indonesia sebagai salah satu negara Muslim yang begitu
terbuka, di sisi lain akan bisa dijadikan sebagai model bagi negara
lain. "Walau demokrasi di Indonesia masih tergolong baru, sudah banyak
pencapaian yang didapat," kata Hillary.

"Di sini, kesempatan bagi wanita, misalnya, begitu terbuka di segala
bidang. Ini sebuah pencapaian yang bagus, sementara di negara lain
kemajuan yang didapat belum seperti Indonesia," kata Hillary yang
senang melihat bahwa dalam setiap pertemuannya, ia selalu melihat
keberadaan tokoh-tokoh wanita.

Hillary juga menjawab pertanyaan, bagaimana politisi AS yang pernah
bersaing, bahkan bertarung keras, di saat pemilu, kemudian malah bisa
bekerja sama, bukan terus bertikai. "Kami memiliki demokrasi yang
lebih maju. Dengan demokrasi seperti itu, kami menyadari, setelah
pertarungan usai, kita harus melangkah maju, termasuk bekerja sama
dengan para pesaing," kata Hillary.

Kemitraan komprehensif

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono juga mengatakan pentingnya kemitraan
komprehensif antara Indonesia dan AS. Presiden juga meminta AS lebih
mendorong penyelesaian konflik antara Palestina dan Israel.

Pesan itu disampaikan Presiden Yudhoyono ketika menerima Menlu AS
Hillary Clinton di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis.

"Presiden Yudhoyono menyebutkan, pertemuan dengan Hillary Clinton
sebagai pertemuan yang wonderful dan produktif," ujar Juru Bicara
Kepresidenan Dino Patti Djalal seusai pertemuan Presiden dan Hillary.

Gagasan kemitraan ini digulirkan Presiden Yudhoyono pada kunjungannya
ke AS, November 2008. "Setelah itu konsep ini menggelinding. Sudah ada
pembahasan di tingkat departemen dan ada semacam makalah yang
disampaikan kedua belah pihak. Isinya mencoba merinci apa saja elemen
dari kemitraan komprehensif ini," ujar Dino.

Dino menegaskan, kemitraan yang akan dibangun tak hanya akan berkaitan
dengan satu dimensi kerja sama, tetapi juga mencakup berbagai aspek,
seperti ekonomi, pendidikan, teknologi, dan kesehatan.

Palestina merdeka

Sejumlah isu regional dan internasional juga dibahas Presiden
Yudhoyono dengan Hillary. Presiden, antara lain, menekankan perlunya
mempercepat upaya untuk mewujudkan negara Palestina yang merdeka dan
berdaulat.

"Posisi Indonesia mendukung solusi dua negara, Palestina dan Israel,
dapat hidup berdampingan dalam kondisi damai. Target berdirinya negara
Palestina merdeka ini tahun lalu, tetapi, karena berbagai hal, tidak
tercapai. Presiden tentu kecewa. AS perlu memberi perhatian besar
terhadap upaya penyelesaian konflik ini," ujar Dino.

Presiden Yudhoyono menyebutkan, saat ini terbuka momentum untuk
menghidupkan kembali perundingan Palestina-Israel. Momentum
perundingan, antara lain, muncul dengan adanya pemilihan umum yang
akan digelar di Israel, pemerintahan baru di AS, serta gencatan
senjata di Gaza meski gencatan ini masih rapuh.

Menurut Dino, Hillary menekankan bahwa Pemerintah AS saat ini merasa
perlu mendengarkan lebih banyak masukan dari dunia internasional. "Hal
ini tecermin sekali dalam pembicaraan Hillary dengan Presiden
Yudhoyono," ujarnya.

Dalam pertemuan dengan Hillary, Presiden Yudhoyono kembali mengundang
Presiden AS Barack Obama untuk berkunjung ke Indonesia. (mon/nel/DAY)

Kliping : kompas.com

Tidak ada komentar: